Pages

Minggu, 12 Mei 2013

Kabar Baik : Anda Bisa Mengubah Dunia!

Artikel yang saya ambil dari sebuah blog http://usbschool.blogspot.com/ berdasarkan pengalaman Pak Victor Asih. Mudah-mudahan dapat menggugah inspirasi dan motivasi para pembaca.

Banyak orang yang merasakan bahwa situasi disekelilingnya tidak nyaman, tidak sesuai dengan keinginannya, dan perlu diubah menjadi lebih baik. Mereka berharap dan bahkan kerap kali memaksa orang-orang lain disekitarnya untuk berubah sesuai keinginannya. Banyak orang yang tidak sadar bahwa kunci untuk mengubah situasi itu ada pada dirinya sendiri, bukan pada orang lain. Saya teringat pada sebuah cerita yang pernah dua kali saya dengar sejak beberapa tahun yang lalu. Saya akan coba ceritakan kembali dalam tulisan saya agar dapat memberi inspirasi dan motivasi pada para pembaca artikel ini. Seorang wanita yang telah lanjut usia tinggal di rumah seorang anak lelakinya. Sejak wanita ini tinggal di rumah tersebut sang menantu wanita merasa tidak nyaman. Dia merasa sangat terganggu dengan kehadiran sang ibu mertua. Seringkali terjadi pertengkaran hebat antara dirinya dengan sang ibu mertua. Sang ibu mertua merasa dirinya benar dan harus dihormati sebagai orang tua yang sudah memiliki banyak pengalaman. Sedangkan sang menantu merasa bahwa ibu mertuanya masih berpikir kolot (jadul) tidak sesuai lagi dengan perkembangan jaman sekarang. “Mertua saya cerewet, suka ikut campur urusan rumah tangga anak-anaknya, biang protes, judes, dan juga sok ngatur, termasuk dalam hal mendidik anak-anak saya”, kata sang menantu. “Sejak dia tinggal di sini, saya merasakan situasi rumah tangga saya menjadi seperti di neraka!”, tambahnya lagi. Memang, sempat terjadi juga beberapa pertengkaran besar dengan suaminya yang membela ibunya saat sang istri ingin agar sang mertua segera dipindahkan ke panti jompo. Akhirnya dengan merasa begitu putus asa dan sangat membenci sang ibu mertua, sang menantu pergi menemui seorang sinshe (ahli pengobatan tradisional Cina) bernama Ling yang juga adalah sahabat karibnya. Dia berkeluhkesah kepada sahabatnya itu mengenai berbagai masalah yang dideritanya setelah sang ibu mertua tinggal di rumahnya. “Sebagai sesama wanita, kamu pasti mengerti kan bagaimana perasaan sakit hatiku pada ibu mertuaku itu, Ling?”, katanya sebagai penutup ceritanya. “Coba saja kalau ibu mertuaku itu cepat mati, rumah tanggaku akan kembali tentram dan bahagia kembali”, celetuknya. “Kamu mau kalau ibu mertuamu cepat mati?”, tanya Ling. “Sebagai sahabat saya bisa membantu. Saya akan membuat racun ampuh yang tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna, dan akan membunuh secara perlahan tanpa jejak”, kata Ling. “Oh, ya?”, terlintas pikiran jahat sang menantu. “Tolong buatkan untuk ibu mertuaku ya, Ling! Kamu memang sahabat sejatiku!”, kata sang menantu sambil tertawa karena merasa mendapatkan solusi masalahnya. “Tetapi ada syaratnya!”, kata Ling tegas. “Sejak saat ini, kamu harus selalu berpura-pura baik kepada ibu mertuamu. Jangan sampai sekali pun bertengkar dengannya. Turuti saja apa pun keinginannya. Toh, hanya sementara dia hidup. Jangan membantah sekali pun dan kamu tersenyum saja setiap kali dia cerewet. Cuma sementara saja kok...”, pesan Ling. “Hal ini dilakukan supaya tidak ada seorang pun yang akan curiga bahwa kamu yang telah meracuninya begitu dia mati. Kamu bersedia?”, tanya Ling. “Baiklah. Apa pun akan saya lakukan, asalkan dia lenyap dari rumahku”, jawab sang menantu dengan cepat. Sejak saat itu, sang menantu terlihat selalu bersikap sangat baik kepada sang ibu mertua. Setiap hari dia selalu memasakkan makanan kesukaan sang ibu mertua. Tentunya dengan tak lupa menyertakan campuran racun buatan sahabatnya ke dalam masakan tersebut. Tidak pernah lagi terdengar pertengkaran di rumah itu karena sikap sang menantu terlihat berubah menjadi sangat baik. Dia tidak pernah membantah. Dia selalu memperhatikan keperluan sang ibu mertua dan selalu tersenyum menanggapi protes apa pun yang dilontarkan sang ibu mertua. “Hanya sementara saja! Saya harus bisa menahan perasaan sakit hati saya supaya rencana berhasil”, kata sang menantu dalam hati setiap kali merasa sakit hati. Setelah berminggu-minggu kemudian... Melihat menantunya berubah menjadi sangat baik kepadanya, sang ibu mertua merasa malu sendiri dalam hati. Akhirnya ia berusaha keras untuk berubah menjadi mertua yang sangat baik bagi menantunya. Ia tidak pernah lagi ikut campur urusan rumah tangga menantunya, tidak lagi cerewet, dan tidak pernah lagi berkata-kata pedas. Kata-katanya berubah menjadi lembut dan selalu tersenyum kepada menantunya. Kepada tiap orang yang ditemuinya dia selalu bercerita dengan bangga bahwa menantunya adalah menantu teladan yang diidam-idamkan oleh semua mertua di dunia. Hubungan sang menantu dan sang ibu mertua menjadi sangat harmonis Suasana di keluarga tersebut terlihat sangat berbahagia dengan kehadiran sang ibu mertua. Mereka sering berbincang, bercanda dan tertawa bersama. Hingga suatu saat sang ibu mertua mengeluh pusing-pusing karena masuk angin. Sesaat sang menantu tersadar, “Bagaimana kalau sekarang tiba-tiba sang ibu mertua meninggal karena racun yang dahulu pernah dimakannya tiba-tiba bereaksi?” Seketika wajah sang menantu menjadi pucat pasi. Dia tergopoh-gopoh pergi ke rumah sinshe Ling sahabatnya. “Ling..! Ling...!”, teriaknya sambil menggedor-gedor pintu pintu rumah sahabatnya. “Tolong! Cepat buatkan penawar racunnya! Jangan sampai terlambat...”, pintanya dengan memelas dan berurai air mata. “Apanya yang terlambat?”, tanya Ling setelah membukakan pintu. “Ibu mertua saya.... racunnya bereaksi”, jawabnya dengan lemas. “Bukannya kamu mau ibu mertuamu cepat mati?”, tanya Ling. “Ya...Itu waktu dahulu! Sekarang saya mau dia selalu sehat dan saya tidak mau dia sampai meninggalkan kami! Saya akan merasa sangat kehilangan seorang ibu yang baik, Ling!”, jawabnya dengan malu-malu. “Oh...begitu...”, gumam Ling sambil tersenyum. “Tenang saja. Racun yang kuberikan itu vitamin dan obat penguat stamina kok! Mertuamu tidak akan meninggal karena racun itu. Nanti saya buatkan lagi supaya stamina mertuamu cepat pulih kembali”, kata Ling. Sang menantu seketika termenung, “Pantas saja, dahulu setiap kali saya berikan racun itu dia semakin bertambah sehat dan kuat dari hari ke hari. Saya pikir itu adalah reaksi sementara racun tersebut sebelum mematikan.” Lalu dia tertawa sendiri. “Terima kasih ya, Ling! Kamu memang sahabat terbaik”, katanya sambil memeluk sahabatnya itu. Dari cerita tersebut dapat terlihat kebenaran pepatah yang sering saya dengar,”Kalau anda ingin mengubah dunia, ubahlah diri anda sendiri!”. Dengan mengubah diri sendiri menjadi lebih baik, kita dapat mengubah orang di sekitar kita menjadi lebih baik. Dan jika tiap orang di sekitar kita berubah menjadi lebih baik maka akan mengubah lebih banyak orang lagi disekitarnya menjadi lebih baik. Pada akhirnya, efek berantai ini akan mengubah situasi dunia menjadi lebih baik lagi dan menyenangkan. Bravo! Semua ini dimulai dari diri anda... dan lingkungan sekitar anda.. yang dapat mengubah situasi dunia ini menjadi lebih baik lagi dan menyenangkan!

Sabtu, 11 Mei 2013

Nikmatnya Jadi Pengangguran [Entrepreneur]

Artikel yang saya ambil dari sebuah blog http://usbschool.blogspot.com/ berdasarkan pengalaman Pak Victor Asih. Mudah-mudahan dapat menggugah inspirasi dan motivasi para pembaca untuk ingin menjadi seorang entrepreneur.

Di pagi hari yang sejuk, seperti biasanya saya bersama istri mengantarkan ke dua putri kecil kami yang cantik dan lucu ke sekolah mereka. Putri yang bungsu baru saja masuk ke TK A dan putri yang sulung baru saja naik kelas 5 SD. Setelah mengantarkan mereka sampai di sekolah, maka bebas tugaslah kami sampai pukul 9.30. Yaitu saat kami harus kembali menjemput sang putri bungsu di sekolahnya. ”Kita mau pergi ke mana sekarang, Yang?”, tanya istri saya dengan lembut dan suara manja sesaat setelah kami masuk ke dalam mobil. ”Seperti biasa, sarapan pagi yuk. Mau sarapan dimana, Yang?”, jawab saya dengan tersenyum sementara mobil kami meninggalkan tempat parkir. ”Yang, saya sedang ingin makan yamcha...”, jawabnya. ”Oke, Yang”, sahut saya sambil tersenyum. Maka meluncurlah mobil kami melintasi jalan layang ke arah utara kota Bandung. Kami menuju jalan Setiabudi atas, sebuah wilayah di kota Bandung bagian utara yang berhawa sejuk pegunungan dekat Lembang. Akhirnya saya membelokkan mobil kami memasuki komplek sebuah hotel yang asri di jalan Setiabudi. Saya memarkirkan mobil kami di depan pintu sebuah restoran yang terkenal dengan Yamcha-nya yang lezat. Yamcha adalah makanan favorit kami berdua untuk sarapan pagi. Sambil mendengarkan alunan lagu-lagu mandarin yang merdu, kami pun bersantap pagi di teras restoran yang memiliki pemandangan indah. Hisit kau goreng, ca sau pau, kay cak, bacang ketan, ubur-ubur telur item, chao ceu fen kwo, ham soy kok, dan coctail tahu yang terhidang di meja kami begitu menggugah selera makan. Apalagi ditemani chinesse tea sebagai minumannya. Menggunakan sepasang sumpit bambu kami menyantap makanan sepotong demi sepotong dengan nikmat. Udara pagi pengunungan yang sejuk, pemandangan yang indah, makanan yang lezat, alunan lagu yang merdu, dan seorang istri yang cantik menemani sarapan pagi. Lengkap sudah, kenikmatan yang dianugerahkan Tuhan pagi ini. ”Terima kasih Tuhan...”, kata saya dalam hati, mengawali doa sebelum kami mulai menyantap hidangan. Sesekali diselingi dengan menghirup seteguk chinesse tea yang hangat dan beraroma harum. Kami menikmati sarapan pagi sambil berbincang dari hati ke hati. Terasa begitu nyaman sambil diiringi semilir angin sejuk hawa pegunungan Bandung Utara. Sudah sebelas tahun usia pernikahan kami, tidak membuat kemesraan diantara kami berkurang. Sampai sekarang secara tidak disadari kami masih saling memanggil dengan sebutan ”Sayang” atau ”Yang”, di mana pun kami berada. Sama seperti saat kami baru bertemu dan masih dalam status pacaran hampir dua puluh tahun yang lalu. Tujuh tahun masa pacaran, lalu tunangan, ditambah sebelas tahun masa pernikahan tidak membuat kemesraan kami berubah walau pun usia terus bertambah. Hal yang cukup langka, kata banyak orang di sekitar kami. Kami sendiri tidak menyadarinya sampai beberapa orang di sekitar kami berkomentar demikian. Setelah saya renungkan, ”Mengapa hal ini dapat terjadi pada kami?”. Ternyata, salah satunya adalah karena kami memiliki cukup banyak waktu untuk dinikmati bersama. Kami juga memiliki banyak waktu untuk saling berkomunikasi satu sama lain. Kami memiliki banyak waktu untuk menikmati kehidupan, mengantar-jemput anak kami ke sekolah, melakukan hobby kami, dan berbagai kegiatan lainnya yang menyenangkan. Sementara banyak pasangan suami istri yang kehilangan begitu banyak waktu untuk bersama karena berbagai kesibukan kerja yang harus dilakukan. Kami dapat menikmati kehidupan yang telah dianugerahkan Tuhan kepada kami. Mungkin hal itu juga yang merupakan salah satu faktor yang membuat kami selalu tampak lebih muda dari usia yang sebenarnya. Mengapa kami memiliki banyak waktu? Karena kami bukanlah pekerja, tetapi kami adalah pengangguran! Tetapi bukan pengangguran biasa, karena kami adalah pengangguran entrepreneur! Kami memiliki beberapa usaha kecil yang telah dapat memberikan passive income. Kami tidak harus turun tangan sendiri untuk mengerjakan usaha tersebut saat ini. Tetapi beberapa usaha yang kami rintis beberapa tahun yang lalu tersebut telah berjalan dengan sendirinya dan dapat menghasilkan income secara terus menerus untuk kami. Inilah yang disebut dengan passive income. Walau pun passive income itu belum bisa membuat kami kaya raya secara financial saat ini, tetapi telah dapat mencukupi semua kebutuhan kami walau pun kami tidak bekerja. Sehingga kami tidak harus berjerih-payah lagi mengejar materi untuk kehidupan kami sehari-hari. Kebetulan, kami juga tidak pernah bercita-cita menjadi orang yang kaya secara financial. Kami lebih memilih menjadi orang yang dapat menikmati kehidupan yang dianugerahkan oleh Tuhan dan menjadi ”kaya” secara non financial, seperti kaya akan kebaikan, kaya akan sahabat, kaya akan waktu bebas, kaya akan kebahagiaan, kaya akan keharmonisan, dan kaya akan berbagai hal lainnya yang bersifat non materi. Karena bagi kami, kekayaan materi hanyalah salah satu dari puluhan kekayaan yang harus dimiliki setiap orang untuk dapat hidup berbahagia. Coba anda bayangkan... Jika saja lebih dari satu juta pengangguran di Indonesia dapat diubah menjadi lebih dari satu juta pengangguran entrepreneur? Walau pun entrepreneur skala usaha kecil, dampaknya bagi perekonomian Indonesia akan luar biasa! Jika banyak keluarga menjadi entrepreneur, maka akan muncul keluarga-keluarga yang lebih sejahtera dan relatif lebih berbahagia dalam kehidupannya. Mereka akan menghasilkan keturunan generasi penerus yang lebih tangguh karena orang tua akan memiliki banyak waktu untuk membimbing anak-anaknya. Ingat, pilar sebuah bangsa adalah keluarga! Keluarga-keluarga yang kokoh akan menghasilkan masyarakat yang luar biasa. Masyarakat yang luar biasa akan membentuk bangsa yang hebat luar biasa! Indonesia di masa mendatang memiliki harapan untuk menjadi bangsa yang hebat luar biasa! Jika saja keluarga-keluarga kecil yang merupakan elemen terkecil di masyarakat dapat menjadi keluarga-keluarga yang kokoh. Dan hal itu bisa diwujudkan mulai dari keluarga anda! Hidup hanya Sekali! Masa kecil, masa remaja, masa dewasa, dan masa tua hanya dialami sekali. Tidak dapat diulang dan tidak dapat dibeli. Oleh karena itu, jangan sia-siakan waktu hidup anda hanya untuk bekerja, bekerja, dan bekerja, seumur hidup mencari uang, uang, dan uang! Banyak hal yang lebih berharga daripada uang, salah satu diantaranya adalah waktu. Uang dapat dicari tetapi waktu tidak dapat dibeli. Raihlah passive income! Itulah yang selalu saya ajarkan di Sekolah Bisnis Gratis USB. Sekolah gratis kewirausahaan yang saya dirikan di Bandung untuk membantu banyak generasi muda untuk belajar mendapatkan passive income melalui entrepreneurship. Jadilah entrepreneur! Bukannya pekerja! Itu kalau anda ingin mendapatkan kualitas hidup anda lebih baik dan menikmati kehidupan ini dengan lebih menyenangkan... Saya dan istri saya bercita-cita untuk menciptakan lebih banyak lagi generasi muda entrepreneur dalam waktu dekat ini sebagai solusi krisis ekonomi global dan tingginya tingkat pengangguran sarjana. Oleh karena itu kami bersepakat untuk menggunakan waktu kami yang banyak saat ini untuk bekerja keras mewujudkan cita-cita kami. Kami akan membimbing sebanyak mungkin generasi muda intelektual untuk menjadi entrepreneur usaha kecil dan menengah. Lebih dari dua ratus mahasiswa ITB, UNPAD, UPI, UNPAR, UNPAS, UIN, Maranatha, dan berbagai universitas lainnya di Bandung yang saat ini sedang kami bimbing menjadi entrepreneur secara gratis di Sekolah Bisnis Gratis USB terasa masih belum mencukupi mengingat tingginya tingkat penggangguran sarjana saat ini. Kami ingin membantu lebih banyak lagi. Maka pagi ini kami memutuskan akan menerima permintaan-permintaan membuka kelas kewirausahaan USB secara gratis di kampus-kampus beberapa universitas di Bandung yang ingin bekerjasama dengan Sekolah Bisnis Gratis USB. Walau pun untuk itu waktu kami akan tersita banyak, kami ikhlas berkorban agar lebih banyak lagi tercipta generasi muda entrepreneur. Mereka yang akan membentuk keluarga-keluarga yang kokoh di masa mendatang dan menjadi generasi penerus bangsa ini. Kami berharap agar mereka dapat menjadi generasi pemimpin dan pengelola negeri ini menjadi lebih baik lagi di masa mendatang. Demikianlah saya menyelesaikan sarapan pagi yang romantis bersama istri tercinta karena jam sudah menunjukkan pukul sembilan lewat delapan menit. Sekarang saatnya untuk kami pergi kembali ke sekolah menjemput putri bungsu tercinta. Dan berarti selesai pula lah saya mengetik artikel ini di komputer note book untuk langsung saya kirimkan via mobile modem ke website populer yang akan menayangkannya. Jari telunjuk saya menekan tombol ”send” bersamaan dengan satu tegukan terakhir chinesse tea yang nikmat.